Indonesia kaya akan keragaman budaya, termasuk tradisi pemakaman yang unik dan penuh makna. Salah satu yang paling terkenal adalah Rambu Solo, upacara pemakaman adat yang dilakukan oleh suku Toraja di Sulawesi Selatan. Tradisi pemakaman ini bukan sekadar peristiwa perpisahan, melainkan sebuah rangkaian ritual penuh makna yang mencerminkan filosofi hidup masyarakatnya.
Rambu Solo merupakan upacara adat pemakaman yang menjadi simbol penghormatan tinggi kepada almarhum. Dalam tradisi Toraja, kematian bukanlah akhir dari kehidupan, melainkan awal perjalanan menuju dunia arwah, yang dikenal sebagai Puya. Upacara ini bertujuan membantu roh almarhum mencapai Puya dengan damai dan tenang. Rambu Solo biasanya diadakan dalam beberapa hari, bahkan hingga berminggu-minggu tergantung pada status sosial dan kemampuan ekonomi keluarga yang ditinggalkan.. Prosesi ini melibatkan berbagai tahapan, mulai dari penyembelihan kerbau, tari-tarian adat, hingga ritual keagamaan.
Bagaimana prosesi Rambu Solo?, Prosesi Rambu Solo terbagi dua, yang pertama pemakamannya atau yang biasanya dikenal dengan nama Rante, dan yang kedua pertunjukan kesenian Kedua prosesi ini tidak dilaksanakan terpisah. Biasanya, kedua kegiatan akan terjadi dalam satu kegiatan upacara pemakaman yang berlangsung sekitar tiga sampai tujuh hari.
Prosesi pemakaman atau Rante terjadi di lapangan di tengah kompleks rumah adat Tongkonan. Serta terdiri atas beberapa bagian, Pertama, Ma’Tudan Mebalun yaitu proses saat jenazah dibungkus menggunakan kain kafan, oleh petugas khusus yang disebut To Mebalun atau To Ma’kayo. Kedua, Ma’Roto yaitu proses pembubuhan atau menghias peti jenazah dengan menggunakan benang emas dan benang perak. Ketiga, Ma’Popengkalo Alang atau proses penurunan jenazah ke dalam lumbung untuk disemayamkan. Terakhir, Ma’Palao atau Ma’Pasonglo yaitu proses pengantaran jenazah dari area rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian.
Keunikan lain dari Rambu Solo adalah lokasi pemakaman yang tidak biasa. Orang Toraja memakamkan jenazah di tebing-tebing batu atau gua-gua alami yang diukir khusus. Lokasi pemakaman ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga melambangkan kedekatan antara manusia dan alam.
Meski membutuhkan biaya besar, pelaksanaan Rambu Solo dianggap sebagai kewajiban moral, karena menunjukkan rasa hormat kepada leluhur dan memperkuat ikatan komunitas, serta menjaga hubungan antara manusia, alam, dan kehidupan setelah mati.
Feature~Atikah Rizky Nasution